Pk 13.00 kami melanjutkan perjalanan pulang menuju Bukittinggi, kami
tak sempat melihat bagian lain dari Lembah Harau yang terlihat dari jauh
ada lagi beberapa air terjun yang berdekatan. Perjalanan lancar dengan
cuaca agak gerimis, di Payakumbuh kiri-kanan jalan tetap saja kami
menikmati pemandangan bernuansa etnis minang dengan rumah-rumah
gadangnya. Sampai di Bukittinggi kami sempatkan makan siang dulu,
berpamitan dengan teman2, Ary dan Hery, teman2 alumni smatn, yang
keduanya tak bisa kami jumpai langsung. Mengembalikan mobil dan
berbarengan menyewa mobil travel di halte sebelah hotel Dymens tempat
kami menginap. Angkutan travel ini sering digunakan untuk trayek
Padang-Bukittinggi bertarif 15000/orang, biasanya berupa Kijang kapsul
atau APV sehingga muat untuk 9 orang, 10 termasuk sopir. Kami ingin
secepatnya menuju Bandara karena jam sudah menunjuk pk 15.30 hitungannya
harus sampai di bandara dalam waktu 1,5 jam! Goklas mengompori sopirnya
biar bisa sampai sesegera mungkin di bandara, dan dengan kecepatan yang
rata-rata 90km/jam di jalanan yang berliku itu kami memang bisa pas
nyampe di bandara pk 17.00 wuihhh… turun dari travel langsung menarik
napas lega.
Segera kami masuk untuk check-in, eh ternyata pesawat ditunda keberangkatannya hingga waktu yang belum ditentukan. Saat kami masuk ke ruangtunggu sesudah checkin ternyata oh ternyata, pesawat yang harusnya jam 9 pagi berangkat terkena delay hingga sore ini. Jadi pesawat AirAsia yang datang pk 18.30 ternyata untuk yang harusnya berangkat pagi, dan rencananya setelah mereka ke Jakarta, lalu akan kembali ke Padang untuk jemput, wuah jam berapa tuh baru nyampe Jakarta lagi.
Setelah lama menunggu dan akhirnya memutuskan untuk makan malam di
restoran bandara baru ada pengumuman pesawat delay dan penumpang
diinapkan di Padang. Hmm banyak penumpang yang ngamuk-ngamuk, yang minta
ubah maskapai pokoknya nyampe di Jakarta sore hingga yang minta uang
pengganti, karena tinggalnya di padang buat apa menginap di hotel.
Kami diangkut bus bandara dan tiba di hotel dengan pengaturan yang amburadul. Penumpang yang seharusnya sudah tercatat dan diatur saat di bandara, dicatat ulang di hotel, huh mungkin catatannya hilang. Cece, teman kami yang di Padang mengunjungi kami, dan aku suruh Goklas dan Arcon belanja dulu ke Christine Hakim dan aku antre melakukan registrasi. Inilah hikmah keterlambatan pesawat, jadinya bisa menikmati hotel bintang 4 di Padang dan bisa melewatkan semalam di Padang.
Malamnya kami pergi dengan Bang Syarwedi dan istri, teman alumni smatn yang kerja di Padang juga. Martabak Hayuda menjadi pilihan, waktu sudah menunjuk pukul 22.00 tapi tempat itu masih ramai. Lumayan enak dan pelayanan juga cepat, sayang banyak pilihan menu kami yang salah dan beberapa juga sudah habis.
Malam ini kami tidur di hotel setelah sempat bersitegang dengan pihak hotel yang tak segera mengirim extra bed seperti dijanjikan AirAsia.
Kami diangkut bus bandara dan tiba di hotel dengan pengaturan yang amburadul. Penumpang yang seharusnya sudah tercatat dan diatur saat di bandara, dicatat ulang di hotel, huh mungkin catatannya hilang. Cece, teman kami yang di Padang mengunjungi kami, dan aku suruh Goklas dan Arcon belanja dulu ke Christine Hakim dan aku antre melakukan registrasi. Inilah hikmah keterlambatan pesawat, jadinya bisa menikmati hotel bintang 4 di Padang dan bisa melewatkan semalam di Padang.
Malamnya kami pergi dengan Bang Syarwedi dan istri, teman alumni smatn yang kerja di Padang juga. Martabak Hayuda menjadi pilihan, waktu sudah menunjuk pukul 22.00 tapi tempat itu masih ramai. Lumayan enak dan pelayanan juga cepat, sayang banyak pilihan menu kami yang salah dan beberapa juga sudah habis.
Malam ini kami tidur di hotel setelah sempat bersitegang dengan pihak hotel yang tak segera mengirim extra bed seperti dijanjikan AirAsia.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.