Batas Wilayah
Kabupaten Pesisir Selatan, sebelah utara berbatasan dengan Kota
Padang, sebelah timur dengan Kabupaten Solok dan Provinsi Jambi, sebelah
selatan dengan Provinsi Bengkulu dan sebelah barat dengan Samudera
Indonesia.
Sejarah
Sebelum terbentuknya Provinsi Sumatera Barat, Pesisir Selatan
merupakan bagian dari Kabupaten Pesisir Selatan dan Kerinci (PSK)
periode Sumatera Tengah.
Jauh dimasa silam, wilayah Pesisir Selatan merupakan daerah sepanjang
pesisir pantai Sumatera Barat yang terdiri dari rawa-rawa dataran
rendah dan bebukitan yang belum berpenghuni. Kalaupun ada penghuni
jumlahnya sangat sedikit dan besar kemungkinan mereka adalah orang-orang
yang dikenal sebagai Orang Rupit
pelarian dari daerah Sungai Pagu Muara Labuh dan sekitarnya. Kemudian
beberapa ratus tahun kemudian barulah datang orang-orang dari darek (Luhak) menempati wilayah ini dan juga dari arah selatan (Bengkulu, Jambi dan Palembang). Dari darek sendiri ada dua daerah asal yaitu Kubuang Tigo Baleh dan Sungai Pagu Muaro Labuh.
Penduduk dari Kecamatan XI Koto Tarusan dan Kecamatan Bayang secara historis umumnya berasal Luhak Kubuang Tigo Baleh terutama dari nagari Muaro Paneh, Kinari dan Koto Anau Kabupaten Solok sekarang dan Sungai Pagu, Solok Selatan sekarang. Sebagian nenek moyang Nagari Inderapura ada yang berasal dari darek (Pariangan Padang Panjang, Padang Panjang sekarang). Dan sebagian kecil dari Bengkulu dan Kerinci terutama penduduk Tapan dan Lunang[rujukan?]
Pada tahun 1523 di Painan sudah berdiri sebuah surau, lembaga
pendidikan agama di Minangkabau. Pada abad 16 ini pula, Pulau Cingkuk di
Painan menjadi pelabuhan kapal international yang berjaya sebagai
pelabuhan emas Salido.
Pada tahun 1660, Belanda pernah berkeinginan untuk memindahkan kantor
perwakilan mereka dari Aceh ke Kota Padang dengan alasan lokasi dan
udara yang lebih baik namun keinginan ini ditolak oleh penguasa kota
Padang hingga akhirnya mereka berkantor di Salido.
Perjanjian Painan pada tahun 1663 yang diprakarsai oleh Groenewegen
yang membuka pintu bagi Belanda untuk mendirikan loji di kota Padang,
selain kantor perwakilan mereka di Tiku dan Pariaman. Dengan alasan
keamaman kantor perwakilan di kota Padang dipindahkan ke pulau Cingkuk
hingga pada tahun 1667 dipindahkan lagi ke kota Padang. Bangunan itu
terbakar pada tahun 1669 dan dibangun kembali setahun kemudian.
Masyarakat Bayang pernah terlibat dalam perang melawan Pemerintah
Hindia Belanda selama lebih kurang satu abad yaitu dimulai pada tahun
1663 sampai 1771.
Pada tahun 1915, pemuka adat nagari Bayang Nan Tujuh dan Koto Nan
Salapan (sebelum menjadi kecamatan Bayang) mengadakan rapat di Koto
Berapak dan Pulut-pulut merumuskan tambo (sejarah dan adat) Nagari
Bayang yang menyatakan bahwa nenek moyang masyarakat Bayang dan
cabang-cabangnya (Lumpo dan Salido) berasal dari tiga nagari di Kubuang
Tigo Baleh (Solok sekarang) yaitu Muaro Paneh, Kinari dan Koto Anau.
Mereka migrasi sesudah kedatangan nenek moyang masyarakat XI Koto
Tarusan di sebelah utara, di balik bukit Bayang.
Tonggak Sejarah Pesisir Selatan
- 19 Agustus 1621 dengan peristiwa penolakan tegas pembesar Pesisir Selatan terhadap kekuatan asing yang berpraktik imperialisme dan mengarah kolonialisme dan pengakuan Pagaruyung terhadap Pesisir.
- 7 Juni 1663, Perang Bayang (1663-1711), perlawanan rakyat sarat dengan rasa nasionalis menolak Belanda membuat loji VOC pertama di kawasan Sumatera Barat, yakni di Pulau Cingkuk tahun 1662.
- 6 Juli 1663, Perjanjian Painan lanjutan dari Sandiwara Batangkapas. Sandiwara menolak kebijakan politik Sultan Iskandar Muda (Aceh) menjaga ketat bahkan hendak menutup kota pantai pelabuhan Samudrapura, Indrapura dalam berdagang lada dan emas.
- 28 Januari 1667, pertemuan tingkat tinggi antara Raja Minangkabau dan Belanda yang salah satu solusinya adalah pengakuan terhadap eksistensi Pesisir Selatan sebagai bagian integral wilayah sub kultur Minangkabau.
- 6 Juni 1701, kemarahan rakyat Pesisir Selatan terhadap tipuan Belanda menawarkan jasa memadamkan huru-hara sebagai mantel praktik imperialism mengarah colonialism, dengan membakar loji VOC di Indrapura.
Bandar Sepuluh dan Kerajaan Inderapura
Dulu hampir seluruh wilayah kabupaten Pesisir Selatan sekarang merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Inderapura. Juga pernah dikenal sebagai Banda Sapuluah atau Bandar Sepuluh karena ia terdiri dari sepuluh kota kecil atau bandar yang sekarang merupakan ibukota kecamatan. Tapi Bayang, Sebelas Koto Tarusan, Inderapura, Tapan dan Lunang tidak termasuk kedalam Banda Sapuluah tersebut.[rujukan?]
Perekonomian
Sebagian besar penduduk Pesisir Selatan bergantung pada sektor
pertanian tanaman pangan, perikanan dan perdangan. Sementara sumber daya
potensial lainnya adalah pertambangan, perkebunan dan pariwisata.
Sektor perkebunan terutama perkebunan sawit mulai berkembang pesat
sejak sepuluh tahun terakhir, yang berlokasi di Kecamatan Pancung Soal,
Basa Ampek Balai dan Lunang Silaut. Melibatkan beberapa investor
nasional dengan pola perkebunan inti dan plasma. Sebuah industri pengota
minyak sawit CPO kini sudah berdiri di Kec. Pancung Soal, dengan
kapasitas produksi sebesar 4.000 ton per hari.
Masakan khas
Di Pesisir selatan dikenal rendang lokan
(sebangsa kerang hijau) bercangkang hitam. Lokan banyak terdapat
dimuara sungai Indrapura dengan kedalaman ± 16 m'. Saat pengambilan
Lokan penyelam tidak memakai alat bantu sama sekali.[rujukan?]
Objek Wisata
Pesisir Selatan memiliki panorama alam yang cukup cantik dan
mempesona. Kawasan Mandeh misalnya, sekarang kawasaan wisata ini oleh
pemerintah pusat masuk dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata
Nasional (RIPPNAS) mewakili kawasan barat Indonesia. Kawasan wisata
potensial lainnya adalah Jembatan Akar, Water Pall Bayang Sani, Cerocok
Beach Painan, Bukit Langkisau, Nyiur Melambai serta sejumlah objek
wisata sejarah, seperti Pulau Cingkuak (Cengco), Peninggalan Kerajaan
Inderapura dan Rumah Gadang Mandeh Rubiah Lunang. Bila semua potensi
pariwisata Pesisir Selatan tersebut dapat diekelola secara profesional
tentu akan jadi sumber PAD andalan daerah di masa mendatang. Untuk itu
pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan membuka diri selebar lebarnya
kepada investor yang berminat menanamkan modatnya di daerah ini. Di
Pesisir Selatan banyak terdapat objek wisata baik objek wisata alam
maupun wisata sejarah dan budaya. Ada beberapa objek wisata yang
terkenal, antara lain:
- Pantai Mandeh (Tarusan)
- Pulau Cubadak
- Jembatan Akar (Bayang)
- Air Terjun Bayang Sani (Bayang)
- Puncak Langkisau (Painan)
- Pantai Carocok (Painan)
- Benteng Portugis di Pulau Cingkuk (Painan)
- Bekas pertambangan emas di Salido
- Pantai Pasir Putih di Kambang
- Puing-puing Istana Kerajaan Inderapura di Muaro Sakai (Inderapura)
- Istana Mande Rubiah di Lunang
Dan banyak tempat wisata lainnya yang bisa dikunjungi.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.