Siapa yang tidak kenal Danau Singkarak, sebuah danau vulkanik yang
terletak di jantung Sumatera Barat. Dengan pemandangan yang sangat
eksotis, Danau singkarak layak dijadikan salah satu kunjungan wajib jika
kita berwisata ke propinsi Minangkabau tersebut. Namun dengan kondisi
yang ada sekarang, perhatian pemerintah dan warga setempat sangat
diperlukan untuk tetap menjaga bahkan mengembangkan potensi pariwisata
yang ada disana.
Danau Singkarak berada pada letak geografis koordinat 0, 36 derajat
Lintang Selatan (LS) dan 100,3 Bujur Timur (BT) dengan ketinggian 363,5
meter diatas permukaan laut (mdpl). Luas permukaan air Danau Singkarak
mencapai 11.200 hektar dengan panjang maksimum 20 kilometer dan lebar
6,5 kilometer dan kedalaman 268 meter. Danau ini memiliki daerah aliran
air sepanjang 1.076 kilometer dengan curah hujan 82 hingga 252 melimeter
per bulan.
Memang
tak bisa dipungkiri, pemandangan di sekitar obyek wisata alam ini
begitu menawan. Begitu fantastis. Mata ini tak bosan melihat hamparan
air kebiruan yang jernih dengan riak-riak kecil mengiringinya. Juga,
butiran pasir halus yang membentang di bibir danau. Di tengah danau,
perahu kecil milik nelayan sedang mengarungi danau yang tenang, tempat
bersemayam aneka jenis ikan. Juga hilir mudik perahu motor atau becak
danau yang disewakan bagi wisatawan.
Pohon-pohon yang tumbuh di sepanjang tepian danau menjadi pembatas antara daratan dan air. Bahkan beberapa sudut ada areal persawahan yang menghijau, membuat suasana semakin tentram. Apalagi, hamparan Bukit Barisan melatarbelakanginya tanpa batas, dan dari kejahuan bisa disaksikan Gunung Singgalang dan Marapi yang berdiri gagah seolah menjaga ketenangan danau ini.
Pohon-pohon yang tumbuh di sepanjang tepian danau menjadi pembatas antara daratan dan air. Bahkan beberapa sudut ada areal persawahan yang menghijau, membuat suasana semakin tentram. Apalagi, hamparan Bukit Barisan melatarbelakanginya tanpa batas, dan dari kejahuan bisa disaksikan Gunung Singgalang dan Marapi yang berdiri gagah seolah menjaga ketenangan danau ini.
Lingkungan yang asri, hawanya yang sejuk, suasananya yang tenang,
damai, aman dan nyaman menjadi pesona bagi yang mengunjunginya. Pesona
Danau Singkarak, memang tak pernah habis kalau diceritakan. Karenanya
danau terbesar kedua di Sumatera, setelah danau Toba menjadi primadona
bagi Sumbar menjadi daerah tujuan wisata unggulan, sekaligus menjadi
destinasi pelengkap bagi wisatawan yang berwisata ke provinsi.
Danau Singkarak berada di dua kabupaten di Sumatera Barat, Kabupaten
Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Dengan luas 107,8 km² danau ini
merupakan danau terluas ke-2 di Pulau Sumatera. Danau ini merupakan hulu
Batang Ombilin. Air danau ini sebagian dialirkan melewati terowongan
menembus Bukit Barisan ke Batang Anai untuk menggerakkan generator PLTA
Singkarak di dekat Lubuk Alung, Padang Pariaman.
Lokasi
Danau seluas 129.70 Km2 ini juga sangat strategis, berada di pinggir
jalan antara Kabupaten Tanah Datar dan Solok. Lantaran lokasinya mudah
dijangkau, sehingga wisatawan dapat menikmati pemandangan dari sisi yang
dikehendaki di pinggir danau yang berliku-liku. Bahkan wisatawan yang
datang menggunakan kendaraan pribadi bisa menikmati keindahannya dari
atas mobilnya.
Di tempat wisata ini Anda dapat melakukan aktivitas bersampan hingga
ke tengah danau dengan menggunakan sampan sewaan. Airnya yang bening dan
sejuk menambahkan keasrian danau nan menawan ini. Bunyi riak-riak air
danau yang menghempas ke pasir di pinggiran, juga menambah suasana
menjadi syahdu. Tak jauh dari areal danau terdapat sebuah tempat
peristirahatan Biteh Kacang, tepatnya yaitu di pinggiran Danau
Singkarak.
Danau Singkarak juga dikenal sebagai tempat yang cukup menjanjikan
sebagai daerah wisata memancing. Hal ini dibuktikan dengan ramainya
kawasan di seputaran Danau Singkarak dengan para pemancing yang berasal
dari kota sekitar danau maupun dari luar Propinsi Sumatera Barat.
Diantara jenis ikan-ikan yang umum dipancing yaitu asang, piyek,
balingka, baung, dan ikan yang menjadi legenda Sasau, yang konon dapat
mencapai ukuran berat hingga 8 Kg. Aktivitas lainnya yang dapat
dilakukan adalah olah raga dayung. Lomba Dayung kerap diselenggarakan di
Danau Singkarak, dan merupakan salah satu program pemerintah daerah
setempat untuk mempromosikan tempat wisata danau Singkarak.
Dari Bandara Minangkabau Padang ditempuh hanya sekitar 1,5 jam-2 jam dengan angkutan umum yang tarifnya sekitar Rp 25.000 sampai Rp 30.000. Juga, jika berkereta dari Padang melalui simpang tiga pekan Solok, pasti melewati danau ini. Dan bila menyusur dari Bukittinggi
yang telaknya hanya sekitar 36 Km dari Bukittinggi, akan melewati
banjaran gunung yang terbungkam di sebelah kiri jalan. Di kaki gunung,
suasana petak-petak sawah dipenuhi anak-anak padi yang terliuk-liuk
dihembus sang bayu.
Selain
tempat berwisata yang mengasyikkan, Danau Singkarak juga digunakan
sebagai tempat olahraga (sport tourism) seperti di darat bisa untuk
jalan santai, jogging, senam. Di danau untuk olahraga berenang, fishing,
dayung dan olahraga udara seperti paragliding, terjun bebas,
parasailing, paralayang yang melayang di udara bebas dengan pemandangan
yang indah. Apalagi, Danau yang terletak pada ketinggian 36,5 meter
dengan suasana berbukit maka sangat cocok untuk paralayang.
Memang kini, aktivitas Danau Singkarak semakin semarak. Apalagi,
berbagai event nasional dan internasional mulai digelar di kawasan danau
ini. Bahkan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar)
bekerjasama Pemprov Sumbar menggelar lomba balap sepeda pertama kali di
kawasan Danau Singkarak bertitel ‘Tour of Singkarak 2009′, yang telah
digelar pada 30 April hingga 3 Mei 2009 yang lalu. Tour Singkarak ini,
terdiri lima etape didahului dengan mengelilingi kota Padang, etape II
adalah Padang-Bukittinggi sejauh 92,3 km, Bukittinggi-Sawahlunto sejauh
85,1 km, Sawahlunto-Danau Singkarak 90,2 km dan terakhir adalah etape V
Danau Singkarak-Danau kembar (danau atas dan bawah) lalu kembali ke
Danau Singkarak sepanjang 188 km.
Satu lagi keunikan yang berada di Danau
Singkarak, yaitu Ikan Bilih. Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
merupakan spesies ikan endemik (yang diperkirakan hanya hidup di danau
ini), dan menjadi salah satu makanan khas. Penelitian para ahli
mengungkapkan 19 spesies ikan perairan air tawar hidup di habitat Danau
Singkarak, Kabupaten Solok dan Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar),
dengan ketersediaan bahan makanannya yang terbatas. Dari 19 spesies itu,
tiga spesies di antaranya memiliki populasi kepadatan tinggi, yakni
ikan Bilih/Biko (Mystacoleusus padangensis Blkr), Asang/Nilem
(Osteochilus brachmoides) dan Rinuak. Spesies ikan lainnya yang hidup di
Danau Singkarak adalah, Turiak/turiq (Cyclocheilichthys de Zwani),
Lelan/Nillem (Osteochilis vittatus), Sasau/Barau (Hampala mocrolepidota)
dan Gariang/Tor (Tor tambroides).
Kemudian, spesies ikan Kapiek (Puntius shwanefeldi) dan
Balinka/Belingkah (Puntius Belinka), Baung (Macrones planiceps), Kalang
(Clarias batrachus), Jabuih/Buntal (Tetradon mappa), Kalai/Gurami
(Osphronemus gurami lac) dan Puyu/Betok (Anabas testudeneus).
Selanjutnya, spesies ikan Sapek/Sepat (Trichogaster trichopterus), Tilan
(mastacembelus unicolor), Jumpo/Gabus (Chana striatus), Kiuang/Gabus
(Chana pleurothalmus) dan Mujaie/Mujair (Tilapia pleurothalmus).
Dengan hanya ada 19 spesies ikan yang hidup di Danau Singkarak
menunjukkan keanekaragaman ikan di tempat itu tidak telalu tinggi.
Kondisi mesogotrofik Danau Singkarak yang menyebabkan daya dukung
habitat ini untuk perkembangan dan pertumbuhan organisme air seperti
plankton dan betos, sangat terbatas. Dari beberapa kali penelitian
menunjukan populasi plankton dan betos di Danau Singkarak sangat rendah.
Padahal komunitas plankton (fitoplankton dan zooplankton) merupakan
basis dari terbentuknya suatu mata rantai makanan dan memegang peranan
sangat penting dalam suatu ekosistem danau. Kondisi tersebut,
menyebabkan sumber nutrisi utama ikan secara alamiah umumnya adalah
berbagai jenis plankton dan bentos.
Ikan bilih merupakan ikan khas (endemik) Danau Singkarak. Ikan
pemakan plankton sepanjang 6-12 sentimeter ini hasil evolusi selama
berjuta-juta tahun—mungkin lebih—di lingkungan danau itu. Ikatan antara
ikan ini dan danaunya sangat erat, ”Sampai-sampai belum bisa
dibudidayakan di kolam buatan,” Suatu kali, serombongan peneliti dari
Amerika Serikat yang terpikat akan kelezatannya pernah mencoba
membudidayakan ikan itu. Di negerinya, ikan ini dikembangkan di kolam
buatan. Kondisi lingkungan kolam itu dibuat semirip mungkin dengan Danau
Singkarak. Hasilnya: nol besar.
Namun saat ini, ikan bilih telah berhasil dibudidayakan di Danau
Toba, Sumatera Utara. Warga setempat menyebutnya ikan Pora-pora. Ikan
pora-pora adalah ikan bilis dan berasal dari Singkarak. Ikan ini berada
dan hidup di Toba sejak sekitar enam tahun lalu, dibawa oleh para
peneliti Badan Riset Kelautan dan Perikanan Jakarta. Jumlahnya sekitar
5.000 ekor. Tujuannya waktu itu adalah untuk mengisi relung makanan yang
belum dimanfaatkan oleh ikan yang ada di Danau Toba.
Karena
habitat barunya cocok untuk tumbuh dan berkembang biak, di Toba ikan
bilih itu cepat berkembang. Bahkan ukuran ikan bilih di Danau Toba lebih
besar daripada di habitat aslinya. Toh, meski keberlangsungan spesies
ini terjaga di Toba, dikhawatirkan ikan bilih di Toba mengancam ikan
asli di danau itu. Soalnya, jika populasi ikan bilih berkembang terlalu
pesat, ikan pendatang ini akan mengurangi ketersediaan pakan untuk ikan
asli danau tersebut.
Karena itu, pemerintah diminta tetap mengupayakan pelestarian ikan
bilih di rumah aslinya. Caranya dengan melakukan restocking (penebaran
bibit baru) ikan bilih di Danau Singkarak seperti yang dulu dilakukan di
Toba. Sebenarnya, restocking ikan bilih pernah dilakukan di Singkarak.
Waktu itu yang punya hajat Perusahaan Listrik Negara, yang menggunakan
air danau sebagai pembangkit listrik. Tapi kini program itu terhenti.
Padahal restocking harus dilakukan kontinu selama beberapa waktu.
Soalnya, kini di danau itu ada tanggul pembangkit listrik yang
membendung Sungai Batang Ombilin—satu-satunya tempat keluar air dari
Danau Singkarak, dan tanggul ini menghambat ruaya (migrasi saat akan
kawin) ikan.
Langkah pelestarian lainnya yang tak kalah penting adalah pengatuaran
secara ketat penangkapan ikan ini oleh nelayan, karena ancaman
kepunahan ikan iblis dari Singkarak akibat penangkapan yang berlebihan.
keadaan ini terjadi sejak akhir 1990-an. Nelayan mulai menangkap ikan
ini dengan jaring bermata kecil, akibatnya, ikan bilih tak sempat
berkembang biak, karena belum bertelur sudah tertangkap. Padahal, pada
zamannya dulu, nelayan di sekitar Danau Singkarak punya aturan tak
tertulis dalam menangkap ikan ini. Mereka hanya menggunakan mata jaring
berukuran besar—2 sampai 3 inci. Jika mereka merasa jumlah tangkapannya
mulai berkurang, penangkapan ikan ini dihentikan selama dua sampai enam
bulan. Penangkapan ikan dengan bom dan racun juga kerap terjadi di danau
ini.
Langkah pelestarian lainnya adalah dengan membuat daerah suaka. Di
daerah ini penangkapan ikan harus dilarang. Tujuannya untuk melindungi
habitat pemijahan dan pembesaran ikan bilih. Tanpa langkah terpadu itu,
ikan bilih akan lenyap dari Danau Singkarak. ”Bisa-bisa nanti orang
malah hanya mengenal ikan bilih dari Danau Toba.”
Sumber:
- http://id.wikipedia.org/wiki/Danau_Singkarak
- http://wisatanews.indonesiatravel.biz/
- http://www.pili.or.id/
- http://morishige.wordpress.com/
- http://www.explore-indo.com?
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.