Jumat, 07 Oktober 2011

Danau Singkarak, Unik, Indah dan Memprihatinkan



Siapa yang tidak kenal Danau Singkarak, sebuah danau vulkanik yang terletak di jantung Sumatera Barat. Dengan pemandangan yang sangat eksotis, Danau singkarak layak dijadikan salah satu kunjungan wajib jika kita berwisata ke propinsi Minangkabau tersebut. Namun dengan kondisi yang ada sekarang, perhatian pemerintah dan warga setempat sangat diperlukan untuk tetap menjaga bahkan mengembangkan potensi pariwisata yang ada disana.
Danau Singkarak berada pada letak geografis koordinat 0, 36 derajat Lintang Selatan (LS) dan 100,3 Bujur Timur (BT) dengan ketinggian 363,5 meter diatas permukaan laut (mdpl). Luas permukaan air Danau Singkarak mencapai 11.200 hektar dengan panjang maksimum 20 kilometer dan lebar 6,5 kilometer dan kedalaman 268 meter. Danau ini memiliki daerah aliran air sepanjang 1.076 kilometer dengan curah hujan 82 hingga 252 melimeter per bulan.

http://morishige.wordpress.com/Memang tak bisa dipungkiri, pemandangan di sekitar obyek wisata alam ini begitu menawan. Begitu fantastis. Mata ini tak bosan melihat hamparan air kebiruan yang jernih dengan riak-riak kecil mengiringinya. Juga, butiran pasir halus yang membentang di bibir danau. Di tengah danau, perahu kecil milik nelayan sedang mengarungi danau yang tenang, tempat bersemayam aneka jenis ikan. Juga hilir mudik perahu motor atau becak danau yang disewakan bagi wisatawan.
Pohon-pohon yang tumbuh di sepanjang tepian danau menjadi pembatas antara daratan dan air. Bahkan beberapa sudut ada areal persawahan yang menghijau, membuat suasana semakin tentram. Apalagi, hamparan Bukit Barisan melatarbelakanginya tanpa batas, dan dari kejahuan bisa disaksikan Gunung Singgalang dan  Marapi yang berdiri gagah seolah menjaga ketenangan danau ini.
Lingkungan yang asri, hawanya yang sejuk, suasananya yang tenang, damai, aman dan nyaman menjadi pesona bagi yang mengunjunginya. Pesona Danau Singkarak, memang tak pernah habis kalau diceritakan. Karenanya danau terbesar kedua di Sumatera, setelah danau Toba menjadi primadona bagi Sumbar menjadi daerah tujuan wisata unggulan, sekaligus menjadi destinasi pelengkap bagi wisatawan yang berwisata ke provinsi.
Danau Singkarak berada di dua kabupaten di Sumatera Barat, Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Dengan luas 107,8 km² danau ini merupakan danau terluas ke-2 di Pulau Sumatera. Danau ini merupakan hulu Batang Ombilin. Air danau ini sebagian dialirkan melewati terowongan menembus Bukit Barisan ke Batang Anai untuk menggerakkan generator PLTA Singkarak di dekat Lubuk Alung, Padang Pariaman.
Kereta Api di tepi Danau SingkarakLokasi Danau seluas 129.70 Km2 ini juga sangat strategis, berada di pinggir jalan antara Kabupaten Tanah Datar dan Solok. Lantaran lokasinya mudah dijangkau, sehingga wisatawan dapat menikmati pemandangan dari sisi yang dikehendaki di pinggir danau yang berliku-liku. Bahkan wisatawan yang datang menggunakan kendaraan pribadi bisa menikmati keindahannya dari atas mobilnya.
Di tempat wisata ini Anda dapat melakukan aktivitas bersampan hingga ke tengah danau dengan menggunakan sampan sewaan. Airnya yang bening dan sejuk menambahkan keasrian danau nan menawan ini. Bunyi riak-riak air danau yang menghempas ke pasir di pinggiran, juga menambah suasana menjadi syahdu. Tak jauh dari areal danau terdapat sebuah tempat peristirahatan Biteh Kacang, tepatnya yaitu di pinggiran Danau Singkarak.
Danau Singkarak juga dikenal sebagai tempat yang cukup menjanjikan sebagai daerah wisata memancing. Hal ini dibuktikan dengan ramainya kawasan di seputaran Danau Singkarak dengan para pemancing yang berasal dari kota sekitar danau maupun dari luar Propinsi Sumatera Barat. Diantara jenis ikan-ikan yang umum dipancing yaitu asang, piyek, balingka, baung, dan ikan yang menjadi legenda Sasau, yang konon dapat mencapai ukuran berat hingga 8 Kg. Aktivitas lainnya yang dapat dilakukan adalah olah raga dayung. Lomba Dayung kerap diselenggarakan di Danau Singkarak, dan merupakan salah satu program pemerintah daerah setempat untuk mempromosikan tempat wisata danau Singkarak.
berkeliling danau singkarak
Dari Bandara Minangkabau Padang ditempuh hanya sekitar 1,5 jam-2 jam dengan angkutan umum yang tarifnya sekitar Rp 25.000 sampai Rp 30.000. Juga, jika berkereta dari Padang melalui simpang tiga pekan Solok, pasti melewati danau ini. Dan bila menyusur dari Bukittinggi yang telaknya hanya sekitar 36 Km dari Bukittinggi, akan melewati banjaran gunung yang terbungkam di sebelah kiri jalan. Di kaki gunung, suasana petak-petak sawah dipenuhi anak-anak padi yang terliuk-liuk dihembus sang bayu.
Selain tempat berwisata yang mengasyikkan, Danau Singkarak juga digunakan sebagai tempat olahraga (sport tourism) seperti di darat bisa untuk jalan santai, jogging, senam. Di danau untuk olahraga berenang, fishing, dayung dan olahraga udara seperti paragliding, terjun bebas, parasailing, paralayang yang melayang di udara bebas dengan pemandangan yang indah. Apalagi, Danau yang terletak pada ketinggian 36,5 meter dengan suasana berbukit maka sangat cocok untuk paralayang.
Memang kini, aktivitas Danau Singkarak semakin semarak. Apalagi, berbagai event nasional dan internasional mulai digelar di kawasan danau ini. Bahkan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) bekerjasama Pemprov Sumbar menggelar lomba balap sepeda pertama kali di kawasan Danau Singkarak bertitel ‘Tour of Singkarak 2009′, yang telah digelar pada 30 April hingga 3 Mei 2009 yang lalu. Tour Singkarak ini, terdiri lima etape didahului dengan mengelilingi kota Padang, etape II adalah Padang-Bukittinggi sejauh 92,3 km, Bukittinggi-Sawahlunto sejauh 85,1 km, Sawahlunto-Danau Singkarak 90,2 km dan terakhir adalah etape V Danau Singkarak-Danau kembar (danau atas dan bawah) lalu kembali ke Danau Singkarak sepanjang 188 km.
Satu lagi keunikan yang berada di Danau Singkarak, yaitu Ikan Bilih. Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) merupakan spesies ikan endemik (yang diperkirakan hanya hidup di danau ini), dan menjadi salah satu makanan khas. Penelitian para ahli mengungkapkan 19 spesies ikan perairan air tawar hidup di habitat Danau Singkarak, Kabupaten Solok dan Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar), dengan ketersediaan bahan makanannya yang terbatas. Dari 19 spesies itu, tiga spesies di antaranya memiliki populasi kepadatan tinggi, yakni ikan Bilih/Biko (Mystacoleusus padangensis Blkr), Asang/Nilem (Osteochilus brachmoides) dan Rinuak. Spesies ikan lainnya yang hidup di Danau Singkarak adalah, Turiak/turiq (Cyclocheilichthys de Zwani), Lelan/Nillem (Osteochilis vittatus), Sasau/Barau (Hampala mocrolepidota) dan Gariang/Tor (Tor tambroides).
Ikan Bilih
Kemudian, spesies ikan Kapiek (Puntius shwanefeldi) dan Balinka/Belingkah (Puntius Belinka), Baung (Macrones planiceps), Kalang (Clarias batrachus), Jabuih/Buntal (Tetradon mappa), Kalai/Gurami (Osphronemus gurami lac) dan Puyu/Betok (Anabas testudeneus). Selanjutnya, spesies ikan Sapek/Sepat (Trichogaster trichopterus), Tilan (mastacembelus unicolor), Jumpo/Gabus (Chana striatus), Kiuang/Gabus (Chana pleurothalmus) dan Mujaie/Mujair (Tilapia pleurothalmus).
Dengan hanya ada 19 spesies ikan yang hidup di Danau Singkarak menunjukkan keanekaragaman ikan di tempat itu tidak telalu tinggi. Kondisi mesogotrofik Danau Singkarak yang menyebabkan daya dukung habitat ini untuk perkembangan dan pertumbuhan organisme air seperti plankton dan betos, sangat terbatas. Dari beberapa kali penelitian menunjukan populasi plankton dan betos di Danau Singkarak sangat rendah. Padahal komunitas plankton (fitoplankton dan zooplankton) merupakan basis dari terbentuknya suatu mata rantai makanan dan memegang peranan sangat penting dalam suatu ekosistem danau. Kondisi tersebut, menyebabkan sumber nutrisi utama ikan secara alamiah umumnya adalah berbagai jenis plankton dan bentos.
Ikan bilih merupakan ikan khas (endemik) Danau Singkarak. Ikan pemakan plankton sepanjang 6-12 sentimeter ini hasil evolusi selama berjuta-juta tahun—mungkin lebih—di lingkungan danau itu. Ikatan antara ikan ini dan danaunya sangat erat, ”Sampai-sampai belum bisa dibudidayakan di kolam buatan,” Suatu kali, serombongan peneliti dari Amerika Serikat yang terpikat akan kelezatannya pernah mencoba membudidayakan ikan itu. Di negerinya, ikan ini dikembangkan di kolam buatan. Kondisi lingkungan kolam itu dibuat semirip mungkin dengan Danau Singkarak. Hasilnya: nol besar.
Namun saat ini, ikan bilih telah berhasil dibudidayakan di Danau Toba, Sumatera Utara. Warga setempat menyebutnya ikan Pora-pora. Ikan pora-pora adalah ikan bilis dan berasal dari Singkarak. Ikan ini berada dan hidup di Toba sejak sekitar enam tahun lalu, dibawa oleh para peneliti Badan Riset Kelautan dan Perikanan Jakarta. Jumlahnya sekitar 5.000 ekor. Tujuannya waktu itu adalah untuk mengisi relung makanan yang belum dimanfaatkan oleh ikan yang ada di Danau Toba.
Karena habitat barunya cocok untuk tumbuh dan berkembang biak, di Toba ikan bilih itu cepat berkembang. Bahkan ukuran ikan bilih di Danau Toba lebih besar daripada di habitat aslinya. Toh, meski keberlangsungan spesies ini terjaga di Toba, dikhawatirkan ikan bilih di Toba mengancam ikan asli di danau itu. Soalnya, jika populasi ikan bilih berkembang terlalu pesat, ikan pendatang ini akan mengurangi ketersediaan pakan untuk ikan asli danau tersebut.
Karena itu, pemerintah diminta tetap mengupayakan pelestarian ikan bilih di rumah aslinya. Caranya dengan melakukan restocking (penebaran bibit baru) ikan bilih di Danau Singkarak seperti yang dulu dilakukan di Toba. Sebenarnya, restocking ikan bilih pernah dilakukan di Singkarak. Waktu itu yang punya hajat Perusahaan Listrik Negara, yang menggunakan air danau sebagai pembangkit listrik. Tapi kini program itu terhenti. Padahal restocking harus dilakukan kontinu selama beberapa waktu. Soalnya, kini di danau itu ada tanggul pembangkit listrik yang membendung Sungai Batang Ombilin—satu-satunya tempat keluar air dari Danau Singkarak, dan tanggul ini menghambat ruaya (migrasi saat akan kawin) ikan.
Langkah pelestarian lainnya yang tak kalah penting adalah pengatuaran secara ketat penangkapan ikan ini oleh nelayan, karena ancaman kepunahan ikan iblis dari Singkarak akibat penangkapan yang berlebihan. keadaan ini terjadi sejak akhir 1990-an. Nelayan mulai menangkap ikan ini dengan jaring bermata kecil, akibatnya, ikan bilih tak sempat berkembang biak, karena belum bertelur sudah tertangkap. Padahal, pada zamannya dulu, nelayan di sekitar Danau Singkarak punya aturan tak tertulis dalam menangkap ikan ini. Mereka hanya menggunakan mata jaring berukuran besar—2 sampai 3 inci. Jika mereka merasa jumlah tangkapannya mulai berkurang, penangkapan ikan ini dihentikan selama dua sampai enam bulan. Penangkapan ikan dengan bom dan racun juga kerap terjadi di danau ini.
Langkah pelestarian lainnya adalah dengan membuat daerah suaka. Di daerah ini penangkapan ikan harus dilarang. Tujuannya untuk melindungi habitat pemijahan dan pembesaran ikan bilih. Tanpa langkah terpadu itu, ikan bilih akan lenyap dari Danau Singkarak. ”Bisa-bisa nanti orang malah hanya mengenal ikan bilih dari Danau Toba.”
Sumber:
  1. http://id.wikipedia.org/wiki/Danau_Singkarak
  2. http://wisatanews.indonesiatravel.biz/
  3. http://www.pili.or.id/
  4. http://morishige.wordpress.com/
  5. http://www.explore-indo.com?

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
Copyright © 2011. Andy Sutan Mudo . All Rights Reserved
Home | Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Site map
Design by Herdiansyah . Published by Borneo Templates